Salah satu lukisan paling fenomenal karya Raden Saleh adalah
"Penangkapan Pangeran Diponegoro." Lukisan itu ikut dipamerkan di Galeri
Nasional.
Masterpiece karya Raden Saleh ini
menggambarkan proses penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal
Hendrik Merkus de Kock, panglima tertinggi militer Hindia Belanda di
Jawa. Raden Saleh tidak terlibat dalam Perang Diponegoro karena dia
masih kecil.
Pada saat Diponegoro ditangkap, Raden Saleh
berada di Eropa. Sejarawan Harsja Bachtiar menduga, ilham bagi Raden
Saleh melukis penangkapan Diponegoro itu dari berita singkat yang
muncul di De Javasche Courant, 3 Februari 1855. Berita itu isinya
tentang kematian Pangeran Diponegoro di Makassar.
Raden
Saleh memang belum pernah bertemu dengan Diponegoro. Tetapi satu hal
yang mendekatkannya dengan pemimpin perang dan spiritual Jawa itu
adalah perjumpaan Raden Saleh dengan keris Kyai Naga Siloeman. Keris ini adalah milik Diponegoro yang disebut-sebut ibu dari segala pusaka di Jawa.
Pada saat Diponegoro ditangkap, keris
itu disita Belanda. Menurut Werner Kraus dalam Raden Saleh,
interpretation of the Arrest of Diponegoro, sebelum dikirim ke Belanda,
keris pusaka itu ditunjukkan kepada salah satu panglima Diponegoro,
Sentot Alibasha. Sentot membenarkannya dengan tanda tangan dan catatan
dalam huruf Jawa.
Keris itu dikirim ke Raja Willem 1 di
Belanda. Rupanya, sang raja tidak tertarik dengan ibu dari segala
pusaka di Jawa itu. Di samping, sang raja harus menghadapi persoalan
pemberontakan Belgia. Dia mengirim pusaka itu ke Koninklijk Kabinet van
Zeldsaamheden, kabinet untuk pusaka-pusaka.
Direktur
kabinet van de Kasteele tidak bisa membaca catatan Sentot. Tetapi dia
butuh teks untuk katalog. Dan satu-satunya orang Jawa yang bisa membaca
catatan Sentot itu di Belanda adalah Raden Saleh!
Saleh
menulis catatan kecil tentang ibu dari pusaka Jawa itu pada 17 Januari
1831. "Kyai berarti Guru. Seseorang yang menjadi bagian dari penguasa
disebut demikian. Nogo adalah ular mistis yang dipercaya memakai
mahkota. Siloeman, selalu dihubungkan dengan kepercayaan atas kekuatan
supranatural, seperti membuat diri sendiri tidak terlihat. Nama keris
Kyai Nogo Siloeman mempunyai arti, apabila memang memungkinkan untuk
diterjemahkan mengingat betapa luar biasanya pengaruh keris ini, "Raja
Naga berkekuatan magis."
Bisa dibayangkan perasaan
seorang anak muda Jawa yang berada ribuan kilometer dari asal usulnya
menyaksikan ibu dari segala pusaka di Jawa, Kyai Nogo Siloeman. Saat
ini, keris itu sudah tidak ada lagi di Belanda. Apakah keris itu kembali
sendiri ke Jawa, atau dipinjam oleh Raden Saleh, masih jadi misteri.
Yang
jelas masih ada hingga sekarang adalah lukisan "Penangkapan Pangeran
Diponegoro". Lukisan yang aslinya bernama "Lukisan Bersejarah,
Penangkapan Pemimpin Jawa Dipanagara" itu disimpan di Istana Merdeka,
Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar