Sebagaimana diketahui, bahwa secara administrasi
kepemerintahan, dua kabupaten, yakni Brebes dan Tegal, masuk wilayah
Jawa Tengah. Dan khusus untuk Kabupaten yang disebut pertama, memiliki
paling tidak, tiga wilayah kecamatan yang bahasa ibu masyarakatnya
adalah Sunda, yakni Kecamatan Salem, Banjarharjo dan Bantarkawung.
Sedang, masyarakat di wilayah selain ketiga kecamatan tersebut
mayoritas berbahasa ibu, Jawa. Adapun masyarakat wilayah Kabupaten
Tegal, tentu saja tidak berbahasa ibu Sunda, semuanya memiliki bahasa
ibu sebagaimana umumnya bahasa masyarakat Jawa Tengah.
Yang menarik bagi penulis, bahwa banyak ditemui di wilayah kedua kabupaten tersebut daerah yang namanya nampak berasal dari bahasa Sunda, padahal masyarakatnya dapat dipastikan tidak mengenal bahasa Sunda sama sekali. Di bawah ini penulis sebutkan nama-nama desa, hanya untuk beberapa saja:
Perhatikan kalimat di bawah yang biasa mereka pakai berkomunikasi:
Bayine wis kathokan ning durung klambinan. Artinya: Bayinya sudah memakai celana pendek tapi belum memakai baju.
Kata kathokan berasal dari kata kathok artinya celana pendek. Jika kata ini mau mengikuti pola pembentukan kata Jawa harusnya:dikathoki bukan kathokan yang berakhiran an. Demikian juga kataklambinan berasal dari kata klambi artinya baju. Jika kata ini mau mengikuti pola pembentukan kata Jawa harusnya: diklambeni bukanklambinan yang berakhiran an. Pola pembentukan kata dengan akhiran an yang bermakna kata kerja semacam ini menurut hemat penulis hanya lazim dikenal dalam bahasa Sunda, bukan dalam bahasa Jawa.
Jadi kalimat di atas jika mau mengikuti pola Jawa harusnya begini:
Bayine wis dikathoki ning durung diklambeni. Artinya: Bayinya sudah memakai celana pendek tapi belum memakai baju.
Dari fakta-fakta ini, penulis berkesimpulan bahwa bisa jadi dahulu Kabupaten Brebes dan Tegal masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaaan Sunda. Namun karena kejayaan kerajaan ini yang kian lemah, sehingga tak mampu menahan ekspansi militer kerajaan yang berasal dari kawasan sebelah timur, maka terjadilah apa yang telah terjadi. Di sini rupanya berlaku mekanisme seleksi alam, siapa yang kuat dialah yang bertahan hidup. Wallahu a’lam (Iwan, internasional wartawan). Sumber.
Yang menarik bagi penulis, bahwa banyak ditemui di wilayah kedua kabupaten tersebut daerah yang namanya nampak berasal dari bahasa Sunda, padahal masyarakatnya dapat dipastikan tidak mengenal bahasa Sunda sama sekali. Di bawah ini penulis sebutkan nama-nama desa, hanya untuk beberapa saja:
- Cimohong, yang berkecamatan Tanjung Kab. Brebes.
- Cicabe, yang berkecamatan Wanasari Kab. Brebes.
- Cipelem, yang berkecamatan Bulakamba Kab. Brebes.
- Rancawuluh yang berkecamatan Bulakamba Kab. Brebes.
- Lebaksiu, yang berkecamatan Lebaksiu Kab. Tegal.
- Mokaha, yang berkecamatan Jatinegara Kab. Tegal.
- Siwuluh, yang berkecamatan Bulakamba Kab. Brebes, bisa jadi asalnya Ciwuluh.
- Sisalam, yang berkecamatan Wanasari Kab. Brebes, bisa jadi asalnya Cisalam.
- Sigentong, yang berkecamatan Wanasari Kab. Brebes, bisa jadi asalnya Cigentong.
- Sirampog, yang berkecamatan Sirampog Kab. Brebes, bisa jadi asalnya Cirampog.
- Slawi, yang berkecamatan Slawi Kab. Tegal, bisa jadi asalnya Selaawi.
- Pemali, nama sungai besar yang membelah kota Brebes, bisa jadi asalnya Pamali.
- Kathok (Jawa, artinya: celana pendek).
- Klambi (Jawa, artinya: baju).
Perhatikan kalimat di bawah yang biasa mereka pakai berkomunikasi:
Bayine wis kathokan ning durung klambinan. Artinya: Bayinya sudah memakai celana pendek tapi belum memakai baju.
Kata kathokan berasal dari kata kathok artinya celana pendek. Jika kata ini mau mengikuti pola pembentukan kata Jawa harusnya:dikathoki bukan kathokan yang berakhiran an. Demikian juga kataklambinan berasal dari kata klambi artinya baju. Jika kata ini mau mengikuti pola pembentukan kata Jawa harusnya: diklambeni bukanklambinan yang berakhiran an. Pola pembentukan kata dengan akhiran an yang bermakna kata kerja semacam ini menurut hemat penulis hanya lazim dikenal dalam bahasa Sunda, bukan dalam bahasa Jawa.
Jadi kalimat di atas jika mau mengikuti pola Jawa harusnya begini:
Bayine wis dikathoki ning durung diklambeni. Artinya: Bayinya sudah memakai celana pendek tapi belum memakai baju.
Dari fakta-fakta ini, penulis berkesimpulan bahwa bisa jadi dahulu Kabupaten Brebes dan Tegal masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaaan Sunda. Namun karena kejayaan kerajaan ini yang kian lemah, sehingga tak mampu menahan ekspansi militer kerajaan yang berasal dari kawasan sebelah timur, maka terjadilah apa yang telah terjadi. Di sini rupanya berlaku mekanisme seleksi alam, siapa yang kuat dialah yang bertahan hidup. Wallahu a’lam (Iwan, internasional wartawan). Sumber.
0 comments:
Posting Komentar