Kalau kita membaca kliping-kliping tahun 70-an (tepatnya sekitar tahun 1975 - 1979), terasa benar, pada saat itu masyarakat Indonesia malu mengaku produk dalam negeri.
Hal ini bukan hal yang kebetulan, tetapi ada kekuatan luar yang membawa dampak ini. Kekuatan luar tersebut, tentunya tidak dapat berjalan secara mulus, kalau tidak ada penghianat-penghianat Bangsa ini yang membantu masuknya produk asing, dan mempersulit berkembangnya Produk Dalam Negeri.
Hal tersebut mengingatkan kita pada pristiwa penghianatan Raden Patah YTPHN, terhadap Ayah kandungnya sendiri, demi membantu penyebaran Agama Pendatang.
Pada priode tersebut, mulailah terasa, bahwa banyaknya opini negatif terhadap penganut Agami Jawi, yang dibuat oleh kelompok Agama Pendatang tersebut.
Mulai dari konsep syirik, yang tadinya tidak dikenal kosa kata tersebut di tanah Jawa ini, karena memang sebenarnya Agami Jawi tidak menyembah berhala / Mahluk Halus / Jin atau roh-roh lainnya, seperti yang selalu dituduhkan Agama Pendatang kepada pemeluk Kedjawen.
Di lain pihak, sifat orang Jawa secara mayoritas adalah orang tidak senang berkonflik, maka tuduhan tersebut tidak ditanggapi secara serius. Akibatnya, dari generasi ke generasi selanjutnya, terkikislah pemeluk Agami Jawi. Yang terjebak dalam opini Agama Pendatang.
Yang perlu diingat, semua Agama di Dunia ini, pasti mempunyai atau memiliki satu titik fokus untuk mereka melalukan ritual Sembahyang. Agama Hindu dengan Patung-patung Suci-nya, Agama Budha juga demikian, Agama Kristen dengan Patung Bunda Maria dan Tuhan Yesus, Agama Islam dengan Kabah-nya.
Bagaimanapun mereka berkelit, semua Benda tersebut adalah sebagai sarana arah konsentrasi dan pembentukan imajinasi mereka. Lagi-lagi masalah ke-Iman-an dan Dogma yang ditonjolkan dalam mengkunci definisi Benda yang mereka Sembah Sebagai Arah Imajinasi dan Konsentrasi, sebagai Definisi yang mereka terjemahkan menurut keyakinan pendahulunya.
Memang, pemeluk agama dimanapun, mungkin hanya segelintir saja dari pemeluknya yang mau benar-benar mengerti makna yang terkandung dalam ritual-ritualnya.
Catatan:
Kejawen, sebenar-benarnya adalah satu-satunya Agama di muka bumi ini, yang tidak membutuhkan Benda apapun untuk melakukan ritual. Hanya saja, tidak setiap orang memilki daya konsentrasi yang tinggi, sehingga bagi mereka inilah dibutuhkan sebuah Benda untuk arah konsentrasinya. Hal ini dikarenakan, tidak setiap orang dapat melakukan Olah Roso dengan penuh rasa pasrah kepadaNya.
Sementara banyak ilmu beladiri di Nusantara ini, yang menggunakan kekuatan Ghaib. Seperti di semua dan setiap bangsa yang ada di Dunia ini, memiliki ilmu-ilmu beladiri yang berkekuatan Ghaib pula.
0 comments:
Posting Komentar