Prahara ‘GORO-GORO’ Merujuk Alquran

1 comments

RIMANEWS – Sang Maha Resi Joyoboyo meramalkan bahwa tanda kemunculan Satrio Piningit apabila telah terjadi ‘goro-goro’ ( the doom-day). Yang dimaksud dengan goro-goro adalah terjadinya suatu prahara, petaka maha dahsyat terjadi kerusakan alam yang fatal, pembantaian-pembunuhan antar manusia dengan manusia, antar manusia dengan mahkluk-mahkluk aneh (dajal, monster, etc), akan terjadi seleksi alam -- yang muaranya nanti akan membawa dampak besar terhadap perubahan kehidupan bangsa Indonesia, khususnya umat islam sebagai golongan yang mayoritas menghuni negara ini.
Awalnya penulis tidak ingin mengkaji permasalahan “goro-goro” sebagaimana yang diramalkan oleh Joyoboyo dan sedang ribut dibicarakan oleh orang-orang setiap menjelang pemilihan presiden. Penulis lebih menyikapinya dengan sikap apatis (masa bodoh) untuk mengimbangi rasa pesimisme penulis terhadap peristiwa yang akan terjadi tersebut. Bila perasaan ini dibiarkan berlarut-larut maka secara tidak langsung penulis telah memasukkan dirinya kedalam satu perangkap bahwa penulis telah melakukan “kecurangan intelektual” secara sadar karena penulis menyajikan satu kajian ilmiah yang belum pernah dilakukan oleh manusia dimanapun dalam keadaan tidak utuh, tidak sempurna dan tidak total mengingat antara Satrio Piningit dan goro-goro memiliki hubungan kausalitas (sebab-akibat) yang musti dianalisis secara keseluruhan sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dipilih oleh penulis yaitu Alqur’an.

Ayat Alqur’an yang dapat kami kemukakan untuk memperkuat kebenaran “goro-goro” sebagaimana yang diramalkan oleh prabu Joyoboyo adalah Surah Al-Isra (17 : 58):
  • Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh).
Mungkin orang-orang pandai, alim ulama, kyai dan ustad akan mengatakan bahwa ayat itu tidak relevan menyebut kebenaran ramalan Joyoboyo menyangkut peristiwa goro-goro oleh karena ayat tersebut hanya berhubungan dengan ummat nabi Saleh dan telah terjadi di masa lampau sebagaimana kelanjutan ayat berikutnya (17 : 59):
  • Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.
Mereka yang merasa cerdik pandai akan lebih merendahkan penulis jika disampaikan kelanjutan ayat 17:60 berikut ini:
  • Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Alqur’an . Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
Mereka yang merasa diri ulama, ustad, para kiyai dan orang-orang cerdik pandai lainnya tidak menyadari bahwa untuk mengetahui keadaan penduduk Indonesia saat sekarang ini adalah dengan mengkaji ayat 60 terlebih dahulu. Bottom up dan bukan Top down.
Penulis lebih cenderung memaknai kata “mimpi” pada ayat 60 sebagai penglihatan gaib rasulullah di malam isra’ mi’raj, dimana ketika nabi Muhammad menceritakan “mimpi” itu kepada ummat islam sebagian besar tidak mempercayainya dan sebagiannya lagi ragu-ragu kecuali Abubakar Assyiddiq (orang yang meyakini) mimpi tersebut. Allah ingin menguji kemudian menyeleksi tingkat kepercayaan umat pada masa itu.
Di masa sekarang Allah ingin menguji ummat islam (khususnya di Indonesia) saat ini dengan adanya “pohon kayu terkutuk dalam Alqur’an”. Yang dimaksud dengan pohon kayu terkutuk adalah pohon zaqqum sebagaimana surah 37: 63-67;
  • Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.
  • Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim.
  • Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
  • Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.
  • Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas.
Orang-orang yang melakukan demonstrasi adalah orang-orang yang merefleksikan api kemarahan yang ada di dalam dirinya. Orang-orang itu telah memakan buah zaqqum, dan setelah perutnya penuh mereka diberi minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Mereka tidak mau tunduk, mereka melakukan perlawanan dan memaksakan kehendaknya karena kepalanya adalah mayangnya pohon zaqqum seperti kepala-kepala syaitan. Ayat 60 surah Al Isra’ menggambarkan kepada kita suasana dan perasaan manusia yang melakukan demonstrasi yaitu rakyat Indonesia. Tujuan demonstrasi adalah sikap rakyat yang melakukan protes terhadap pemerintah (presiden dan penyelenggara negara lainnya dari semua tingkatan) disebabkan karena mereka tidak berlaku adil.

Di masa lalu, Allah mengutus nabi Saleh di tengah-tengah kaum Samud. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya “janganlah ganggu unta betina itu, biarkanlah dia bebas mencari makannya sendiri”. Nabi Saleh mengatur secara adil sumber air buat yang diminum oleh manusia dan air untuk yang diminum oleh unta betina tersebut. Unta betina hanyalah ujian Allah sebagai tanda untuk menakut-nakuti. Namun kaum Samud melakukan perbuatan yang melampaui batas. Mereka mengganggu, menyakiti dan menganiaya unta betina itu. Maka turunlah azab Allah berupa hujan batu yang membinasakan seluruh kaum Samud.

Di masa sekarang, para penyelenggara negara ( Eksekutif, Legislatif, Yudikatif ) di semua level dapat dimaknai sebagai kaum Samud, dan unta betina dapat dimaknai sebagi rakyat Indonesia. Biarkanlah rakyat Indonesia menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya. Janganlah hak rakyat diselewengkan dan dikorupsi habis-habisan yang menyebabkan terjadinya inflasi, harga-harga melambung tinggi yang menyebabkan rakyat tidak mampu untuk membeli sehingga mereka susah makan.

Di pulau Jawa sudah banyak masyarakat yang hanya makan nasi aking yaitu nasi basi yang dikeringkan kemudian dimasak kembali untuk dimakan. Ini menandakan kebebasan rakyat untuk membeli beras sudah diganggu sebagai dampak melemahnya “daya beli” masyarakat.
Allah menurunkan azabnya kepada kaum Samud. Allah menurunkan azabnya kepada penyelenggara negara di semua tingkatan. Hujan batu dapat dimaknai sebagai demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat. Semua demonstrasi hanya mempermasalahkan “kesulitan hidup”. Demonstrasi adalah tanda-tanda yang datangnya dari Allah untuk mengingatkan para golongan penindas dan penghisap ( para penguasa dzolim dan pengusaha dzolim).

Ayat 60 surah Al’isra untuk menggambarkan suasana batin rakyat Indonesia dan ayat 59 Al’isra yang menggambarkan pelanggaran-pelanggaran penyelenggara pemerintahan berjalan terus dan berputar seperti tidak akan ada habisnya. Demonstrasi tidak akan pernah habis kecuali ratu adil (Satrio Piningit) yang memimpin penyelenggara pemerintahan. Dan alam pun ikut serta memperlihatkan tanda-tandanya. Bencana tsunami, gempa bumi, banjir bandang dan tanah longsor di mana-mana, letusan gunung berapi di dasar laut dan di darat dan sebagainya memberi tanda-tanda kepada kita bahwa azab Allah yang sangat keras telah diturunkan (17:58). Jika kita tidak melihat tanda-tanda alam ini sebagai azab Allah dan tidak mengambilnya sebagai pelajaran, bukan tertutup kemungkinan Allah akan membinasakan sebagian besar penduduk Indonesia sebelum hari kiamat tiba, dan menyisakan sedikit penduduk untuk menikmati era baru, era pemerintahan ratu adil (Satrio Piningit). Goro-goro dan Satrio Piningit adalah satu kesatuan yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Tanpa goro-goro Satrio Piningit tidak akan pernah muncul di tengah-tengah kita semua.

Telaah kritis peristiwa pemuda Ashabul Kahfi yang bersembunyi sangat relevan dengan ramalan Joyoboyo tentang Satrio Piningit yang bersembunyi. Kajian ini dilakukan bukan karena dilandasi oleh dorongan hawa nafsu duniawi atau karena ada maksud-maksud tertentu sehingga dapat mengurangi nilai objektifitasnya sebuah tulisan. Kajian ini dilakukan dengan niat suci dan tulus ingin memberi sesuatu yang berarti buat bangsa Indonesia khususnya buat ummat islam. Apalah arti seorang Cahyo Nayaswara, seorang seniman religius yang berpakaian apa adanya, berbicara apa adanya di tengah-tengah orang-orang yang merasa dirinya kaum cerdik cendikia. Cahyo Nayaswara hanyalah seperti sebuah busa di tengah samudera yang luas, yang tidak punya arti apa-apa bagi banyak orang. Tapi barangkali ada juga sedikit orang yang berfikir dan melihat busa itu sebagai petunjuk Tuhan bahwa di bawah busa itu, di dasar lautan yang dalam ada sebuah mutiara indah yang tinggi nilainya yang patut diselami.

Dan kepada banyak orang yang menolak kebenaran ini biarkanlah dia mendengar firman Allah di bawah ini:
  • Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. (18 : 57)
Cahyo Nayaswara bukan orang pertama yang menyampaikan kebenaran ramalan Joyoboyo tapi Cahyo Nayaswara adalah orang pertama yang menyampaikan kebenaran ramalan Joyoboyo berdasarkan Alqur’an. Cahyo Nayaswara hanya menyampaikan atau menyuarakan kebenaran tidak lebih dari sekedar sebagai Sabdo Palon Noyo Genggong. Akan ada sedikit orang yang dapat menyelami makna-makna sebuah perkataan seperti menyelami lautan dalam untuk mendapatkan mutiara indah yang sangat mahal harganya.

Kepada yang mulia Satrio Piningit, yang masih sangat misterius keberadaannya saya hanya bisa mengucapkanSalamun Alaikum Bima Sabartum. ( Keselamatan / Kemenangan atasmu berkat Kesabaranmu ).  [ mr.heal / RmN / CN / Kmps ]

NB:   Cahyo Nayaswara (CN) adalah seniman religius yang bernaung di bawah wadah HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) berkantor di mesjid Istiqlal, Jakarta. Sumber.

Bookmark and Share

Satrio Piningit dan Masa Depan Indonesia

1 comments

Siapa Satrio Paningit Ratu Adil dimaksud?
Resume acara Sarasehan Poros Langit Nuswantara
Tgl 31/1/12 di Gd KTNA oleh 30 padepokan
Tema: Menyongsong Kejayaan Nusantara oleh Ki Ageng Jenar Kolondono 

Oleh: Bayu Putra Baru Klinthing

Siapa Satrio Paningit Ratu adil? Semua orang berhak atas Gelar Satrio Paningit, karena di tubuhnya terdapat Sembilan Lubang dan sebagai makhluk sosial. Arti per sub kata: Sat= 6, tri= 3, paningit= menyembunyikan. Sembilan jalur akses ke dunia/Babakan Howo Songo.
  1. Dalam khasanah Jawa kalimat di atas sangat akrab diucapkan orang-orang tua. “Kalau kepingin menjadi manusia yang berbudi luhur, harus bisa Njogo Babakan Howo Songo.” Apa yang dimaksud Lubang Hawa Sembilan itu? Itulah jalan keburukan yang ada pada diri kita. Jalan itu berjumlah sembilan.
  2. Arti secara Meditasi/semedi Babakan Howo Songo  sat=6, tri=3, paningit= menutup, cara membaca dari belakang seperti sandi asmosatrio paningit=MENUTUP 9 pintu/lubang= 2 hidung, 2 telinga,2 mata,2 lubang di bawah, lubang mulut… meditasi fokus di lubang ke sepuluh/antara dua alis mata/netra shiva/mata dewa….menjadi satrio paningit membuka mata ketiga.
  3. Arti secara Lingkungan sosial masyarakat Ratu Adil merupakan adil dan tanggung jawab terhadap keluarga, lingkungan sekitar, desa, kecamatan, kabupaten, dst.
Pengendalian Babakan Howo Songo berarti Keadilan 9 lubang pada tubuh kita yaitu: dua mata, dua telinga,  dua lubang hidung, satu mulut, lubang kelamin dan lubang dubur. Itu adalah lubang jalannya hawa pada tubuh kita. Dari lubang-lubang tersebut kita sering berbuat aniaya terhadap diri sendiri. Jika kita terlalu memanjakan sembilan lubang tadi, kita akan jauh dari budi luhur. Menjadi manusia yang buruk perangainya.

Ramalan Joyoboyo kedelapan Kembalinya Sabdo Palon. Percepatan Jongko Joyoboyo kira-kira 43 tahun, Ternyata dipicu oleh Keserakahan dan Kapitalisme, ditandai dengan Letusan Merapi 25 Oktober 2010. Letak Percepatan Jongko Joyoboyo Ketika Sabda Palon bilang 500 tahun maka yg dimaksud adalah 500 tahun saka.

  • Satu tahun saka Jawa= 420 hari, maka 500 tahun saka jawa= 500 x 420 hari dibagi 365 hari (setahun kabisat)= 575.3425 tahun masehi. SIRNA ILANG KERTHANING BHUMI (SIRNA: 0, ILANG: 0, KERTHA: 4, BHUMI: 1 = 1400) Saka adalah 1400 saka. Jadi kembali nya 1400 saka= 1400 +78 (saka ke kabisat)= 1478 Masehi.
  • 500 tahun saka berarti 575 tahun Masehi, jadi 1478 masehi + 575.34 tahun= 2053 Masehi.
  • Kembalinya Sabda Palon 2010 saat meletus Gunung Merapi. Artinya ada percepatan sejarah sebesar 43 tahun yaitu 2053 -2010 = 43.34 tahun.
Kita Sudah masuk Siklus 500 tahunan Salah Satu Tanda-tanda kemunculan Ratu Adil/ Kemakmuran: Banyak anak muda menjadi Pejabat. Dari Jangka Jayabaya, Pethikan Serat Tangan Pangkur:

1. Sedulur ilang kangene, wong lanang ninggal lanange, wong wadhon ilang wirange, saenggon-enggon akeh ratu apung gawane pating belasak, wong nonoman akeh kang dadi mantri Bupati lan punggawane.

(Kelak di kemudian hari, Jawa tinggal separo, belanda tinggal dua, saudara kehilangan rasa rindunya, laki-laki meninggalkan sifat kelelakiannya, perempuan tidak punya rasa malu lagi, di mana-mana banyak ditemukan pemimpin palsu, kerjaannya tidak karuan, anak muda-mudi banyak yang menjadi pejabat.)

2. Sajabane tanah Jawa ana perang gedhe, saenggon-enggon ana pailan, pageblug, rupa-rupa sangsarane, bebaya warna-warna, wong-wong padha mangan watu, mangan wedhi, omben-omben peresan blonthong, wong wadhon akeh kang kolu endhonge dhewe (incest, english), amarga saka rusuhe wong lanang wadon akeh kang ketaman lelara bubrah paribasane jaman edan. 

(Di luar Jawa ada peperangan (konflik) besar, di mana-mana terjadi kejahatan dan pembunuhan, beraneka ragam kesengsaraan dan mara bahaya, orang-orang pada makan batu, makan pasir, minum tirisan busuk, perempuan tega makan rahimnya sendiri, sebab saking rusuhnya laki-laki perempuan banyak terserang penyakit rusak, ibaratnya zaman gila, jika tidak ikut gila maka tidak akan kebagian, tetapi yang seperti itu orang tidak memiliki iman.)

3. Nanging piweling ingsun, diawas dieling, jejegna imanira, turuten gustinira ratu adil panetep panata gama. Golekana gegamane sing nganti ketemu, turuten dalane, ngetutburia saparane, lumebuwa paribasaning wadya balane, ora suwe bakal katon tanda-tandhane rawuhing ratunira ngagem kamulyan gedhe, rawuhe liar kilat kairingake bala “malekat” mayuta-yuta cacahe, ngadeg payunge kuning, tegese bang-bang wetan karepe, wus ndungkap paletheking papadhang. 

(Tetapi pesanku, waspadalah dan ingatlah, tegakkan imanmu, jadilah pengikut Ratu Adil penegak kebenaran. Carilah ‘senjatanya’ (trisula wedha; tentang budi pekerti luhur) sampai ketemu, ikuti jalannya kemanapun perginya, jadilah, ibaratnya sebagai pasukannya Ratu Adil, tidak lama akan tampak tanda tanda datangnya ratumu yang mendapat kemuliaan agung, datangnya tiba-tiba secepat kilat, diiringi berjuta-juta “malaikat” Izrail (berjuta leluhur bumi nusantara), berdiri dengan payung kuning (kebenaran sejati), maknanya ‘bang-bang’ timur (gerakan dari wilayah timur nusantara-baladewa), maka terbitlah sinar yang terang. ARTINYA JAWA TIMUR menjadi GEOPOLITIK NUSANTARA, siapa menguasai JAWA TIMUR AKAN MENGUASAI NUSANTARA, seperti dalam Teori Rimlan (Eropa Barat dan Asia Tenggara) akan lebih besar pengaruhnya dalam pencaturan politik dunia. Kedepan EROPA BARAT akan HANCUR, maka tinggal INDONESIA pusat GeoPolitik ASIA TANGGARA. Teori NUSANTARA menjadi mercusuar dunia adalah benar menurut Prof.Nicholas John Spykman (1893–1943) Ahli kebijakan Luar Negeri USA, Brg siapa menguasai Rimland akan menguasai Dunia. Atau yang mendiami Rimland berhak menentukan Nasib Dunia.) Sumber.

Bookmark and Share

Dikatakan Jayabaya 855 Tahun Yang Lalu

0 comments

VISI JAYABAYA MENGENAI TRANSFORMASI BUMI

Terkait dengan visi Sabda Palon soal transisi/transformasi Bumi, saya akan share juga soal visi Raja Jayabaya dari Kediri soal alih jaman, karena keduanya berhubungan. Dalam visi Jayabaya, masa transisi tersebut dipaparkan lebih detil. Berikut adalah visi Jayabaya yang tersaji dalam bait-bait terakhir syairnya:

140.
polahe wong Jawa kaya gabah diinteriendi sing bener endi sing sejatipara tapa padha ora wanipadha wedi ngajarake piwulang adisalah-salah anemani pati

tingkah laku orang Jawa seperti gabah ditampimana yang benar mana yang aslipara pertapa semua tak beranitakut menyampaikan ajaran benarsalah-salah dapat menemui ajal

141.
banjir bandang ana ngendi-endigunung njeblug tan anjarwani, tan angimpenigehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati genimarga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti

banjir bandang dimana-managunung meletus tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulusangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidurkarena takut bakal terbongkar rahasianya siapa anda sebenarnya

142.
pancen wolak-waliking jamanamenangi jaman edanora edan ora kumanansing waras padha nggagaswong tani padha ditaleniwong dora padha ura-urabeja-bejane sing lali,isih beja kang eling lan waspadha

sungguh zaman gonjang-ganjingmenyaksikan zaman gilatidak ikut gila tidak dapat bagianyang sehat pada olah pikirpara petani dibelenggupara pembohong bersuka riaberuntunglah bagi yang lupa,masih beruntung yang ingat dan waspada

143.
ratu ora netepi janjimusna kuwasa lan prabawaneakeh omah ndhuwur kudawong padha mangan wongkayu gligan lan wesi hiya padha doyandirasa enak kaya roti boluyen wengi padha ora bisa turu

raja tidak menepati janjikehilangan kekuasaan dan kewibawaannyabanyak rumah di atas kudaorang makan sesamanyakayu gelondongan dan besi juga dimakankatanya enak serasa kue bolumalam hari semua tak bisa tidur

144.
sing edan padha bisa dandansing ambangkang padha bisanggalang omah gedong magrong-magrong

yang gila dapat berdandanyang membangkang semua dapatmembangun rumah, gedung-gedung megah

145.
wong dagang barang sangsaya laris, bandhane ludesakeh wong mati kaliren gisining pangananakeh wong nyekel bendha ning uriping sengsara

orang berdagang barang makin laris tapi hartanya makin habisbanyak orang mati kelaparan di samping makananbanyak orang berharta namun hidupnya sengsara

146.
wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencilsing ora abisa maling digethingising pinter duraka dadi kancawong bener sangsaya thenger-thengerwong salah sangsaya bungahakeh bandha musna tan karuan larineakeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe

orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucilyang tidak dapat mencuri dibenciyang pintar curang jadi temanorang jujur semakin tak berkutikorang salah makin pongahbanyak harta musnah tak jelas larinyabanyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab

147.
bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeretsakilan bumi dipajekiwong wadon nganggo panganggo lanangiku pertandhane yen bakal nemoniwolak-walike zaman

bumi semakin lama semakin sempitsejengkal tanah kena pajakwanita memakai pakaian laki-lakiitu pertanda bakal terjadinyazaman gonjang-ganjing

148.
akeh wong janji ora ditepatiakeh wong nglanggar sumpahe dhewemanungsa padha seneng ngalap,tan anindakake hukuming Allahbarang jahat diangkat-angkatbarang suci dibenci

banyak orang berjanji diingkaribanyak orang melanggar sumpahnya sendirimanusia senang meniputidak melaksanakan hukum Allahbarang jahat dipuja-pujabarang suci dibenci

149.
akeh wong ngutamakake royallali kamanungsane, lali kebecikanelali sanak lali kadangakeh bapa lali anakakeh anak mundhung biyungsedulur padha cidrakeluarga padha curigakanca dadi mungsuhmanungsa lali asale

banyak orang hamburkan uanglupa kemanusiaan, lupa kebaikanlupa sanak saudarabanyak ayah lupa anaknyabanyak anak mengusir ibunyaantar saudara saling berbohongantar keluarga saling mencurigaikawan menjadi musuhmanusia lupa akan asal-usulnya

150. 
ukuman ratu ora adilakeh pangkat jahat jahilkelakuan padha ganjilsing apik padha kepencilakarya apik manungsa isinluwih utama ngapusi

hukuman raja tidak adilbanyak yang berpangkat, jahat dan jahiltingkah lakunya semua ganjilyang baik terkucilberbuat baik manusia malah malulebih mengutamakan menipu

151.
wanita nglamar priaisih bayi padha mbayising pria padha ngasorake drajate dhewe

wanita melamar priamasih muda sudah beranakkaum pria merendahkan derajatnya sendiri

Bait 152 sampai dengan 156 tidak ada (hilang dan rusak)

157.
wong golek pangan pindha gabah den interising kebat kliwat, sing kasep keplesetsing gedhe rame, gawe sing cilik kecekliksing anggak ketenggak, sing wedi padha matinanging sing ngawur padha makmursing ngati-ati padha sambat kepati-pati

tingkah laku orang mencari makan seperti gabah ditampiyang cepat mendapatkan, yang lambat terpelesetyang besar beramai-ramai membuat yang kecil terjepityang angkuh menengadah, yang takut malah matinamun yang ngawur malah makmuryang berhati-hati mengeluh setengah mati

158.
cina alang-alang keplantrang dibandhem nggendringmelu Jawa sing padha elingsing tan eling miling-milingmlayu-mlayu kaya maling kena tudingeling mulih padha manjingakeh wong injir, akeh centhilsing eman ora kedumansing keduman ora eman
cina berlindung karena dilempari lari terbirit-biritikut orang Jawa yang sadaryang tidak sadar was-wasberlari-lari bak pencuri yang kena tuduhyang tetap tinggal dibencibanyak orang malas, banyak yang genityang sayang tidak kebagianyang dapat bagian tidak sayang

159.
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahunsinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratubakal ana dewa ngejawantahapengawak manungsaapasurya padha bethara Kresnaawatak Baladewaagegaman trisula wedhajinejer wolak-waliking zamanwong nyilih mbalekake,wong utang mbayarutang nyawa bayar nyawautang wirang nyaur wirang

selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun(sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu)akan ada dewa tampilberbadan manusiaberparas seperti Batara Kresnaberwatak seperti Baladewabersenjata trisula wedhatanda datangnya perubahan zamanorang pinjam mengembalikan,orang berhutang membayarhutang nyawa bayar nyawahutang malu dibayar malu

160.sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawangalu-ngalu tumanja ana kidul wetan benerlawase pitung bengi,parak esuk bener ilangebethara surya njumedhulbebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lanturiku tandane putra Bethara Indra wus katontumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

sebelumnya ada pertanda bintang paripanjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timurlamanya tujuh malamhilangnya menjelang pagi sekalibersama munculnya Batara Suryabebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larutitulah tanda putra Batara Indra sudah nampakdatang di bumi untuk membantu orang Jawa

161.dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetanwetane bengawan banyuandhedukuh pindha Raden Gatotkacaarupa pagupon dara tundha tigakaya manungsa angleledha
asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timursebelah timurnya bengawanberumah seperti Raden Gatotkacaberupa rumah merpati susun tigaseperti manusia yang menggoda

162.
akeh wong dicakot lemut matiakeh wong dicakot semut sirnaakeh swara aneh tanpa rupabala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garistan kasat mata, tan arupasing madhegani putrane Bethara Indraagegaman trisula wedhamomongane padha dadi nayaka perangperange tanpa balasakti mandraguna tanpa aji-aji

banyak orang digigit nyamuk,mati banyak orang digigit semut, matibanyak suara aneh tanpa rupapasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benartak kelihatan, tak berbentukyang memimpin adalah putra Batara Indra,bersenjatakan trisula wedhapara asuhannya menjadi perwira perangjika berperang tanpa pasukansakti mandraguna tanpa azimat

163.
apeparap pangeraning prangtan pokro anggoning nyandhangning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirangsing padha nyembah reca ndhaplang,cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang

bergelar pangeran perangkelihatan berpakaian kurang pantasnamun dapat mengatasi keruwetan orang banyakyang menyembah arca terlentangcina ingat suhu-suhunya dan memperoleh perintah, lalu melompat ketakutan

164.
putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawuhiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumuktimumpuni sakabehing lakunugel tanah Jawa kaping pindhongerahake jin setankumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyokinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula wedalandhepe triniji sucibener, jejeg, jujurkadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong

putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawuyaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumuktimenguasai seluruh ajaran (ngelmu)memotong tanah Jawa kedua kalimengerahkan jin dan setanseluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padumembantu manusia Jawa berpedoman pada trisula wedatajamnya tritunggal nan sucibenar, lurus, jujurdidampingi Sabdopalon dan Noyogenggong

165.
pendhak Sura nguntapa kumarakang wus katon nembus dosanekadhepake ngarsaning sang kuasaisih timur kaceluk wong tuwaparingane Gatotkaca sayuta

tiap bulan Sura sambutlah kumarayang sudah tampak menebus dosadihadapan sang Maha Kuasamasih muda sudah dipanggil orang tuawarisannya Gatotkaca sejuta

166.idune idu genisabdane malatising mbregendhul mesti matiora tuwo, enom padha dene bayiwong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembadagaris sabda ora gentalan dina,beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdaniratan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawananging inung pilih-pilih sapa

ludahnya ludah apisabdanya sakti (terbukti)yang membantah pasti matiorang tua, muda maupun bayiorang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhigaris sabdanya tidak akan lamaberuntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanyatidak mau dihormati orang se tanah Jawatetapi hanya memilih beberapa saja

167.
waskita pindha dewabisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahirapindha lahir bareng sadinaora bisa diapusi marga bisa maca atiwasis, wegig, waskita,ngerti sakdurunge winarahbisa pirsa mbah-mbahiraangawuningani jantraning zaman Jawangerti garise siji-sijining umatTan kewran sasuruping zaman

pandai meramal seperti dewadapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah andaseolah-olah lahir di waktu yang samatidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hatibijak, cermat dan saktimengerti sebelum sesuatu terjadimengetahui leluhur andamemahami putaran roda zaman Jawamengerti garis hidup setiap umattidak khawatir tertelan zaman

168.
mula den upadinen sinatriya ikuwus tan abapa, tan bibi, lolaawus aputus weda Jawamung angandelake trisulalandheping trisula pucukgegawe pati utawa utang nyawasing tengah sirik gawe kapitunaning liyansing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda

oleh sebab itu carilah satria ituyatim piatu, tak bersanak saudarasudah lulus weda Jawahanya berpedoman trisulaujung trisulanya sangat tajammembawa maut atau utang nyawayang tengah pantang berbuat merugikan orang lainyang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan

169.
sirik den wenehiati malati bisa kesikusenenge anggodha anjejaluk cara nisthangertiyo yen iku cobaaja kainoana beja-bejane sing den pundhutiateges jantrane kaemong sira sebrayat

pantang bila diberihati mati dapat terkena kutukansenang menggoda dan minta secara nistaketahuilah bahwa itu hanya ujianjangan dihinaada keuntungan bagi yang dimintaiartinya dilindungi anda sekeluarga

170.
ing ngarsa Begawandudu pandhita sinebut pandhitadudu dewa sinebut dewakaya dene manungsadudu seje daya kajawaake kanti jlentrehgawang-gawang terang ndrandhang

di hadapan Begawanbukan pendeta disebut pendetabukan dewa disebut dewanamun manusia biasabukan kekuatan lain diterangkan jelasbayang-bayang menjadi terang benderang

171.
aja gumun, aja ngungunhiya iku putrane Bethara Indrakang pambayun tur isih kuwasa nundhung setantumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuhhiya siji iki kang bisa paring pituduhmarang jarwane jangka kalaningsuntan kena den apusimarga bisa manjing jroning atiana manungso kaiden ketemuuga ana jalma sing durung mangsaneaja sirik aja gelaiku dudu wektuniranganggo simbol ratu tanpa makuthamula sing menangi enggala den leluriaja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelubeja-bejane anak putu

jangan heran, jangan bingungitulah putranya Batara Indrayang sulung dan masih kuasa mengusir setanturunnya air brajamusti pecah memercikhanya satu ini yang dapat memberi petunjuktentang arti dan makna ramalan sayatidak bisa ditipukarena dapat masuk ke dalam hatiada manusia yang bisa bertemutapi ada manusia yang belum saatnyajangan iri dan kecewaitu bukan waktu andamemakai lambang ratu tanpa mahkotasebab itu yang menjumpai segeralah menghormati,jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuhkeberuntungan ada di anak cucu

172.
iki dalan kanggo sing eling lan waspadaing zaman kalabendu Jawaaja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewacures ludhes saka braja jelma kumaraaja-aja kleru pandhita samusanalarinen pandhita asenjata trisula wedhaiku hiya pinaringaning dewa

inilah jalan bagi yang ingat dan waspadapada zaman kalabendu Jawajangan melarang dalam menghormati orang berupa dewayang menghalangi akan sirna seluruh keluargajangan keliru mencari dewacarilah dewa bersenjata trisula wedhaitulah pemberian dewa

173.
nglurug tanpa balayen menang tan ngasorake liyanpara kawula padha suka-sukamarga adiling pangeran wus tekaratune nyembah kawulaangagem trisula wedhapara pandhita hiya padha mujahiya iku momongane kaki Sabdopalonsing wis adu wirang nanging kondhanggenaha kacetha kanthi njingglangnora ana wong ngresula kuranghiya iku tandane kalabendu wis mingercenti wektu jejering kalamuktiandayani indering jagad rayapadha asung bhekti

menyerang tanpa pasukanbila menang tak menghina yang lainrakyat bersuka riakarena keadilan Yang Kuasa telah tibaraja menyembah rakyatbersenjatakan trisula wedhapara pendeta juga pada memujaitulah asuhannya Sabdopalonyang sudah menanggung malu tetapi termasyhursegalanya tampak terang benderangtak ada yang mengeluh kekuranganitulah tanda zaman kalabendu telah usaiberganti zaman penuh kemuliaanmemperkokoh tatanan jagad rayasemuanya menaruh rasa hormat yang tinggi.


Bookmark and Share

SERAT SABDA PALON

0 comments

Merenungi kembali visi dari Sabda Palon mengenai perubahan jaman di tanah Jawa (pada kenyataannya transisi/transformasi ini tak hanya terjadi di tanah Jawa, namun seluruh Bumi) karena visi itu mewujud SAAT INI. Semoga dengan membaca ini, bisa meningkatkan kewaspadaan, kesadaran & spiritualitas kita semua untuk menghadapi perubahan jaman tersebut. Berikut visi yang tersaji dalam syair tersebut:


PUPUH SINOM

1. Padha sira ngelinganaCarita ing nguni-nguniKang kocap ing sêrat BabadBabad nagri MojopahitNalika duk-ing nguniSang-a Brawijaya PrabuPan samya pêpanggihanKaliyan Njêng Sunan KaliSabda Palon Naya Genggong rencangira.

Ingatlah kalian semua,Akan cerita masa lalu,Yang tercantum didalam Babad ( Sejarah )Babad Negara Majapahit,Ketika saat itu,Sang Prabhu Brawijaya,Tengah bertemu,Dengan Kangjeng Sunan Kalijaga,Ditemani oleh Sabdo Palon dan Naya Genggong.

2. Sang-a Prabu BrawijayaSabdanira arum manisNuntun dhatêng punakawanSabda Palon paran karsiJênêngsun sapunikiWus ngrasuk agama RasulHeh ta kakang maniraMeluwa agama suciLuwih bêcik iki agama kang mulya.

Sang Prabhu Brawijaya,Bersabda dengan lemah lembut,Mengharapkan kepada kedua punakawan( pengiring dekat )-nya,Tapi Sabdo Palon tetap menolak,Diriku ini sekarang,Sudah memeluk Agama Rasul (Islam),Wahai kalian kakang berdua,Ikutlah memeluk agama suci,Lebih baik karena ini agama yang mulia.

3. Sabda palon matur sugalYen kawula boten arsiNgrasuka agama IslamWit kula puniki yêktiRatuning Dang Hyang JawiMomong marang anak putuSagung kang para NataKang jumênêng ing tanah JawiWus pinasthi sayêkti kula pisahan.

Sabdo Palon menghaturkan kata-kata agak keras,Hamba tidak mau,Memeluk agama Islam,Sebab hamba ini sesungguhnya,Raja Dahnyang ( Penguasa Gaib ) tanah Jawa,Memelihara kelestarian anak cucu ( penghuni tanah Jawa ),(Serta) semua Para Raja,Yang memerintah di tanah Jawa,Sudah menjadi suratan karma (wahai Sang Prabhu), kita harus berpisah.

4. Klawan Paduka sang NataWangsul maring sunya ruriMung kula matur petungnaIng benjang sakpungkur mamiYen wus prapta kang wanciJangkêp gangsal atus taunWit ing dintên punikaKula gantos agamiGama Budi kula sêbar ing tanah Jawa.
Dengan Paduka Wahai Sang Raja,Kembali ke Sunyaruri (Alam kosong tapi ber-’isi’; Alam yang tidak ada tapi ada),Hanya saja saya menghaturkan sebuah pesan agar Paduka menghitung,Kelak sepeninggal hamba,Apabila sudah datang waktunya,Genap lima ratus tahun,Mulai hari ini,Akan saya ganti agama (di Jawa),Agama Budi akan saya sebarkan ditanah Jawa.

5. Sintên tan purun nganggeyaYêkti kula rusak samiSun sajakkên putu kulaBrêkasakan rupi-rupiDereng lêga kang atiYen durung lêbur atêmpurKula damêl pratandhaPratandha têmbayan mamiHardi Mrapi yen wus njêblug mili lahar.

Siapa saja yang tidak mau memakai,Akan saya hancurkan,Akan saya berikan kepada cucu saya sebagai tumbal,Makhluk halus berwarna-warni,Belum puas hati hamba,Apabila belum hancur lebur,Saya akan membuat pertanda,Pertanda sebagai janji serius saya,Gunung Merapi apabila sudah meletus mengeluarkan lahar.


6. Ngidul ngilen purugiraNggada bangêr ingkang warihNggih punika wêkdal kulaWus nyêbar agama BudiMêrapi janji mamiAnggêrêng jagad satuhuKarsanireng JawataSadaya gilir gumantiBotên kenging kalamunta kaowahan.

Kearah selatan barat mengalirnya,Berbau busuk air laharnya,Itulah waktunya,Sudah mulai menyebarkan agama Budi,Merapi janji saya,Menggelegar seluruh jagad,Kehendak Tuhan,(Karena) segalanya (pasti akan) berganti,Tidak mungkin untuk dirubah lagi.

7. Sangêt-sangêting sangsaraKang tuwuh ing tanah JawiSinêngkalan tahuniraLawon Sapta Ngêsthi AjiUpami nyabarang kaliPrapteng têngah-têngahipunKaline banjir bandhangJêrone ngelebna jalmiKathah sirna manungsa prapteng pralaya.

Sangat sangat sengsara,Yang hidup ditanah Jawa,Perlambang tahun kedatangannya,LAWON SAPTA NGESTI AJI ( LAWON ; 8, SAPTA ; 7, NGESTHI ; 9, AJI ; 1 = 1978),Seandainya menyeberangi sebuah sungai,Ketika masih berada ditengah-tengah,Banjir bandhang akan datang tiba-tiba,Tingginya air mampu menenggelamkan manusia,Banyak manusia sirna karena mati.

8. Bêbaya ingkang tumêkaWarata sa Tanah JawiGinawe Kang Paring GêsangTan kenging dipun singgahiWit ing donya punikiWontên ing sakwasanipunSadaya pra JawataKinarya amêrtandhaniJagad iki yêkti ana kang akarya.

Bahaya yang datang,Merata diseluruh tanah Jawa,Diciptakan oleh Yang Memberikan Hidup,Tidak bisa untuk ditolak,Sebab didunia ini,Dibawah kekuasaan,Tuhan dan Para Dewa,Sebagai bukti,Jagad ini ada yang menciptakan.

9. Warna-warna kang bêbayaAngrusakên Tanah JawiSagung tiyang nambut karyaPamêdal boten nyêkapiPriyayi keh bêrantiSudagar tuna sadarumWong glidhik ora mingsraWong tani ora nyukupiPamêtune akeh sirna aneng wana.

Bermacam-macam mara bahaya,Merusak tanah Jawa,Semua yang bekerja,Hasilnya tidak mencukupi,Pejabat banyak yang lupa daratan,Pedagang mengalami kerugian,Yang berkelakuan jahat semakin banyak,Yag bertani tidak mengahsilkan apa-apa,Hasilnya banyak terbuang percuma dihutan.

10. Bumi ilang bêrkatiraAma kathah kang ndhatêngiKayu kathah ingkang ilangCinolong dening sujanmiPan risaknya nglangkungiKarana rêbut rinêbutRisak tataning janmaYen dalu grimis keh malingYen rina-wa kathah têtiyang ambegal.

Bumi hilang berkahnya,Banyak hama mendatangi,Pepohonan banyakyang hilang,Dicuri manusia,Kerusakannya sangat parah,Sebab saling berebut,Rusak tatanan moral,Apabila malam hujan banyak pencuri,pabila siang banyak perampok.

11. Heru hara sakeh janmaRêbutan ngupaya kasilPan rusak anggêring prajaTan tahan pêrihing atiKatungka praptanekiPagêblug ingkang linangkungLêlara ngambra-ambaraWaradin sak-tanah JawiEnjing sakit sorenya sampun pralaya.

Huru hara seluruh manusia,Berebut mencari hidupRusak tatanan negara,Tidak tahan perdihnya hati,Disusul datangnya,Wabah yang sangat mengerikan,Penyakit berjangkit kemana-mana,Merata seluruh tanah Jawa,Pagi sakit sorenya mati.

12. Kêsandhung wohing pralayaKaselak banjir ngêmasiUdan barat salah mangsaAngin gung anggêgirisiKayu gung brastha samiTinêmpuhing angin agungKathah rêbah amblasahLepen-lepen samya banjirLamun tinon pan kados samodra bena.

Belum selesai wabah kematian,Ditambah banjir bandhang semakin menggenapi,Hujan besar salah waktu,Angin besar mengerikan,Pohon-poho besar bertumbangan,Disapu angin yang besar,Banyak yang roboh berserakan,Sungai-sungai banyak yang banjir,Apabila dilihat bagaikan lautan.

13. Alun minggah ing daratanKarya rusak têpis wiringKang dumunung kering kananKajêng akeh ingkang keliKang tumuwuh apinggirSamya kentir trusing lautSela gêng sami brasthaKabalêbêg katut keliGumalundhung gumludhug suwaranira.

Ombak naik kedaratan,Membuat rusak pesisir pantai,Yang berada dikiri kanannya,Pohon banyak yang hanyut,Yang tumbuh dipesisir,Hanyut ketengah lautan,Bebatuan besar hancur berantakan,Tersapu ikut hanyut,Bergemuruh nyaring suaranya.

14. Hardi agung-agung samyaHuru-hara nggêgirisiGumalêgêr swaraniraLahar wutah kanan keringAmbleber angêlêbiNrajang wana lan desagungManungsanya keh brasthaKêbo sapi samya gusisSirna gêmpang tan wontên mangga puliha.

Gunung berapi semua,Huru hara mengerikan, Menggelegar suaranya, Lahar tumpah kekanan dan kekirinya, Menenggelamkan, Menerejang hutan dan perkotaan, Manusia banyak yang tewas, Kerbau dan Sapi habis, Sirna hilang tak bisa dipulihkan lagi.

15. Lindhu ping pitu sadinaKarya sisahing sujanmiSitinipun samya nêlaBrêkasakan kang ngêlêsiAnyeret sagung janmiManungsa pating galuruhKathah kang nandhang rogaWarna-warna ingkang sakitAwis waras akeh kang prapteng pralaya.

Gempa bumi sehari tujuh kali, Membuat ketakutan manusia, Tanah banyak yang retak-retak, Makhluk halus yang ikut membantu amarah alam, menyeret semua manusia, Manusia menjerit-jerit, Banyak yang terkena penyakit, Bermacam-macam sakitnya, Jarang yang bisa sembuh malahan banyak yang menemui kematian.

16. Sabda Palon nulya mukswaSakêdhap botên kaeksiWangsul ing jaman limunanLangkung ngungun Sri BupatiNjêgrêg tan bisa anglingIng manah langkung gêgêtunKêdhuwung lêpatiraMupus karsaning DewadiKodrat iku sayêkti tan kêna owah.

Sabdo Palon kemudian menghilang,Sekejap mata tidak terlihat sudah,Kembali ke alam misteri,Sangat keheranan Sang Prabhu,Terpaku tidak bisa bergerak,Dalam hati merasa menyesal,Merasa telah berbuat salah,Akhirnya hanya bisa berserah kepada Tuhan,Janji yang telah terucapkan itu sesungguhnya tak akan bisa dirubah lagi.


Bookmark and Share