Tergelitik dengan komentarnya Kang Gempur dalam postingan saya dengan judul AKU…Sopo Ingsun…??. Begono Komentar Kang Gempur :“Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad ‘Arafa Rabbahu “ Terjemahannya kira-kira demikian “ Barang siapa mengenal diri (sejati)nya, maka Dia akan mengenal Tuhannya ”. Konon menurut cerita-cerita neh…itu kata-kata para manusia pencerah ( Nabi/Rasul ) yang disarikan dalam bentuk sebuah Hadis. Yah…walaupun masih ada banyak perdebatan mengenai siapa sih sebenarnya yang mengucapkan kata-kata tersebut, tapi di kalangan pejalan Spiritual ( ruhani ) ujar-ujar seperti ini sangatlah popular dan menggema seolah menjadi Kunci pembuka untuk mengenal Sang Pencipta Alam Semesta Jagad raya ini.
Tapi seberapa susah dan seberapa gampangkah sebenarnya mengenal DIRI itu? Sebegitu pentingnya kah hal itu sehingga bisa mengantarkan seseorang pada suatu pengenalan yang sungguh-sungguh Agung…??, sesuatu yang dicita-citakan oleh siapa saja yang percaya pengenalan akan Tuhan…? Bukankah yang disebut “saya-aku” ini yah.. saya-aku…, yah yang berupa jasad badan kasar ini…? Tidakkah kita semua tahu dan telah kenal diri kita sendiri…?
Mari kita sama-sama mencoba merenung. Anggaplah Aku sedang berandai-andai ketika Aku dalam keadaan sakratul maut ( mo modiar ) misalnya. Lalu Aku tiba-tiba merasa berada di depan sebuah pintu besar gerbang. “Tok, tok, tok,” pintu Aku ketuk. Terjadilah dialog antara Aku dan suara-suara dari balik pintu gerbang :
Suara : “Hei siapa di situ?” terdengar suara seorang laki-laki nan lembut dari dalam
Aku : “Saya, Tuan
Suara : “Siapa kamu?”
Aku : “Santri Gundhul, Tuan.”
Suara : “Apakah itu namamu?”
Aku : “Iya, Tuan.”
Suara : “Aku tidak bertanya namamu, tapi Aku bertanya siapa kamu.”
Aku : “Eh, saya anak pak Camat di Kota Malang , Tuan.” Ku jawab sambil percaya diri
Suara : “Aku tidak bertanya kamu itu anak siapa. Aku bertanya siapa kamu.”
Aku : “Saya seorang karyawan di sebuah Perusahaan Kimia, Tuan.”
Suara : “Aku tidak menanyakan pekerjaanmu. Aku bertanya: siapa kamu?”
Aku : Emmm…emmm…
Sambil bengong dan cengengas-cengenges karena nggak tahu mau menjawab apa lagi, akhirnya aku temukanlah jawaban yang rada-rada berbau agamis sedikit gitu. Dengan semangat juang 45 dan lebih percaya diri lagi, lantas ku mencoba menjawab pertanyaan diatas sambil membusungkan dada yang kerempeng ini.
Aku : “Saya seorang Muslim beragama Islam,Tuan dan 100 % pengikut Muhammad Rasulullah SAW.”
Suara : “Aku tidak menanyakan agamamu. Aku bertanya siapa kamu.”
Aku : “Busyet dah…begini salah, begono salah “
Aku : “Saya ini manusia, Tuan. Saya setiap hari menjalankan sembahyang 5 waktu dan gak pernah terlambat. Dan, setiap hari Jumat, saya selalu pergi jumatan ke masjid dan saya pernah kasih sedekah pada fakir miskin setiap lebaran, saya juga puasa dan bayar zakat Fitrah sebelum matahri terbit. Saya setiap hari selalu membaca Kitab Suci dan hafal beberapa surat ( Juz Amma’) dan saya juga rajin mengikuti pengajian di RT ” . Masihkah jawaban ini belum menunjukkan kebenaran siapasesungguhnya Aku…??
Suara : “Aku tidak menanyakan jenismu, atau perbuatanmu. Aku bertanya siapa kamu.”
Akhirnya Aku pergi melengos keluar, dengan wajah yang memerah, gemas, jengkel dengan mimik masih plonga-plongo menggembol pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa Aku jawab dengan tuntas.
Aku gagal di pintu pertama, terjegal justru oleh sebuah pertanyaan yang sungguh-sungguh sangat sederhana : siapa diri-ku yang sebenarnya..??.
Uhhhgf…ternyata nggak mudah, tho…? Coba pikir, rupanya kita nggak paham siapa DIRI kita ini yang sesungguhnya, maka kita punya tradisi besar meng-asosiasikan sesuatu terhadap diri kita, misalnya: Nama, Profesi, titel, Pangkat, Jabatan, Jenis kelamin, Warna kulit dan Rambut, Foto wajah (seperti yang di KTP, SIMPOL). Kita melabeli diri kita dengan sesuatu itu, bahkan terkadang kita pun seakan-akan merasa nyaman dengan LABEL Agama yang kita kenakan itu, lalu merasa bahwa LABEL itulah diri kita. Lantas…: apakah “aku” sama dengan “ tubuhku yang memiliki segenap label-label dan segala isi di dalamnya…?”.
Ahhhg..dasar Santri Gundhul….!!, itu kan cuma permainan kata-katamu, Ndhul…?
Yeee…mungkin saja iya, mungkin juga tidak. Tapi perhatikanlah kalimat orang-orang pejalan Spiritual ( manusia Pencerah ) itu yang disampaikan dalam sebuah HIKMAH : “Barang siapa mengenal dirinya, Dia akan mengenal Tuhan-Nya.”
Ngeloyor menuju persawahan dan mencoba bertanya kepada gerombolan si Kuntul. Si Kuntulpun menjawab, ” CARILAH Tapakku ( jejakku ) saat aku terbang “.
Ahhhg…si Kuntul, kok malah kasih TEKA-TEKI yah…. Uborampe SANGKAN PARANING DUMADI
0 comments:
Posting Komentar