BENARKAH LELUHUR NUSANTARA PEMILIK BANK DUNIA ?


Istilah "UANG" yang kita kenal dan masih digunakan hingga sekarang ini berasal dari kata VANG (*baca "wang / bang") yang artinya "alat jamin jual-beli / sertifikat / surat berharga / surat perjanjian / media transaksi". 

Singkat cerita, pada jaman dahulu negara kerajaan manapun jika ingin ikut serta dalam 'koloni' perdagangan dunia harus menjaminkan harta kekayaannya, perjanjian tersebut secara sah dituliskan di atas kertas PERJANJIAN yang disepakati dunia. 

Tentu saja jaminan yang paling umum pada waktu itu adalah TANAH / WILAYAH KEKUASAAN. Maka, wilayah yang sudah dijaminkan secara yuridis (hukum) bukan lagi milik kerajaan yang bersangkutan namun secara defacto-nya masih dikelola oleh kerajaan yang menjaminkan... sebab "tanah" kan tidak dapat diangkut... :)

Masyarakat Barat pada jaman dahulu tidak mengenal tulisan dan mereka masih BUTA AKSARA (*bahkan tidak pandai membaca)... Lihat, mulanya mereka tidak mengenal aksara V lalu merobahnya menjadi U kemudian menjadi W (*baca: double U ...%@) ....wahhhh... parah... :) 

Jadi jangan pernah beranggapan bahwa bangsa Barat itu jaman dahulunya sudah pandai baca-tulis, dulu mereka jauh lebih bodoh dari pada leluhur bangsa Indonesia...!

Di Indonesia aksara "V" sering dibaca sebagai W ataupun B, misalnya pada kata DEVATA: di Bali menjadi DEWATA (*Pulo Dewata) atau di Sumatra Utara menjadi DEBATA (*Debata Mula Jadi Nabolon).

Patut dipamahi bahwa negara kita telah berkali-kali mengalami perobahan tata-tulis dan ejaan, belum lagi pemusnahan istilah /bahasa asli yang diganti oleh bahasa asing. 

Hal ini mengakibatkan bangsa Indonesia saat ini betul-betul kehilangan acuan... ya pada prinsipnya jadi mengacaukan banyak hal, termasuk kehilangan nilai sejarah yg disimpan pada sandi bahasa... :) misalnya kata TJAHAJA ditulis menjadi CAHAYA atau TJI menjadi CI perobahan bentuk aksara dalam penulisan mengakibatkan saat ini kita banyak kehilangan makna terhadap bahasa SANG SA KRETA.

Kembali ke persoalan uang...Perubahan pada penyebutan dan penulisan tentu saja disetiap negara berbeda-beda, karena tingkat kecerdasannyapun berbeda pula. Setelah berabad-abad kemudian, terutama sejak keruntuhan Kemaharajaan Nusantara (Pajajaran Nagara), UANG atau WANG dikenal dunia sebagai BANK...dan saat ini istilah tersebut telah menjadi kesepakatan masyarakat dunia. 

Bangsa Portugis menuliskan VANG / WANG / UANG menjadi BANQUE (*baca "bangku"), sedangkan masyarakat Eropa lainnya menuliskan sebagai BANK (*baca "beng")....!

Bank Indonesia sebutan UANG (Wang) hanya dikenal di negara kita INDONESIA istilah tersebut tidak ada di negara manapun... hal ini menunjukan bahwa... (*bisa jadi) pada mulanya pusat koloni dunia ('penguasa dunia') itu berada di Nusantara... dan tentu banyak negara kerajaan yang tidak mampu mengembalikan HUTANG-HUTANG mereka... atau saat jatuh tempo tidak dapat menyelesaikan pembayarannya... maka dari itulah sebabnya Kemaharajaan Nusantara harus DIGEMPUR & DIRUNTUHKAN sesegera mungkin... dan diusahakan rakyat tetap terjaga KEBODOHANNYA...!

Ketika negara-negara sedunia masih mempergunakan TEMBAGA sebagai alat tukar para leluhur bangsa kita justru mempergunakan PERAK... tapi sayang semua itu tinggal kenangan... :( saat ini ketika uang logam terkecil di negara lain masih mempergunakan tembaga negara kita hanya mampu mengeluarkan uang dari bahan ALUMINIUM... sekarang uang logam negeri kita dicetak dari rongsokan "bingkai aluminium"... sekali lagi ALUMINIUM dan BUKAN PERAK... maka, mulai hari ini bangsa Indonesia tidak boleh menyebutkan istilah "SERIBU PERAK...!

Semoga negeri kita kembali pulih... berjaya lagi sebagai "PUSAT KOLONI DUNIA"... maka dari itu kita harus tetap bersatu dan berani membuang jauh-jauh segala STIGMA dan DOGMA yang dapat meruntuhkan MENTAL & KECERDASAN BANGSA KITA...!!!

Bookmark and Share

2 comments:

Unknown mengatakan...

Nice share... :)

oh iya, udah follow di #5, berharap di FollBack jg hehee... :)

Indonesian Space Research mengatakan...

Thanks Dee, sudah mampir di Blog Indonesian Space Research.

Posting Komentar